Jumat, 10 Mei 2013

Monolog Patah Hati



Monolog Patah Hati
Cerpen: Lia Irma Juita

Melihat pada angin yang berhembus, sangat jelas takkan pernah tergambar wujudnya. Berpegang pada air yang mengalir, yang pasti takkan pernah tergenggam. Sosok yang selalu nampak indah namun tak pernah bisa tersentuh hangatnya. Entahlah siapa dia, makhluk tidak berwujud yang mana hati selalu merana rindu meresapi aromanya. Raga yang selalu hangat tersentuh, tiada bernyawa. Bagai dahaga yang terlepas seteguk demi teguk tanpa rasa. Hambar dalam kecupan ujung lidah. Dalam sentuhan-sentuhan halus gurat-gurat wajah, urat nadi yang menegang dibual buraian mutiara sayang.