Cerpen:
Lia Irma Juita
Melihat
pada angin yang berhembus, sangat jelas takkan pernah tergambar wujudnya.
Berpegang pada air yang mengalir, yang pasti takkan pernah tergenggam. Sosok
yang selalu nampak indah namun tak pernah bisa tersentuh hangatnya. Entahlah
siapa dia, makhluk tidak berwujud yang mana hati selalu merana rindu meresapi
aromanya. Raga yang selalu hangat tersentuh, tiada bernyawa. Bagai dahaga yang
terlepas seteguk demi teguk tanpa rasa. Hambar dalam kecupan ujung lidah. Dalam
sentuhan-sentuhan halus gurat-gurat wajah, urat nadi yang menegang dibual
buraian mutiara sayang.